SDN Soddara I Tuan Rumah Rapat KKG Gugus II: Memaknai Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an

                     

Sumenep, 31 Mei 2025 – Di tengah udara sejuk pegunungan dan hamparan sawah yang membentang luas, SDN Soddara I menjadi tempat bersejarah bagi terselenggaranya Rapat Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus II. Kegiatan ini berlangsung pada hari Sabtu, 31 Mei 2025, dan dihadiri oleh Kepala Sekolah serta guru-guru dari seluruh sekolah yang tergabung dalam Gugus II.

Kepala SDN Soddara I, Bapak Sarkawi, S.Pd.SD, membuka kegiatan dengan sambutan hangat yang penuh rasa hormat. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh peserta rapat yang hadir, serta permohonan maaf atas segala keterbatasan fasilitas sekolah.

“Kami merasa sangat bersyukur bisa menjadi tuan rumah. Terima kasih atas kehadiran seluruh kepala sekolah dan guru. Mohon maaf jika dalam penyambutan ini masih banyak kekurangan, mengingat lokasi kami yang berada di daerah pegunungan dan keterbatasan sarana yang ada,” ujar beliau dengan rendah hati.

Ia menambahkan harapannya agar para peserta dapat mengikuti kegiatan dengan semangat dan antusias, serta membawa pulang ilmu yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah masing-masing.

Pemateri dari SDN Panaongan III: Pendidikan Qur’ani sebagai Pondasi Pembelajaran

Sesi utama rapat kali ini menghadirkan narasumber istimewa, yaitu Bapak Abdul Wasik, S.Ud, seorang pendidik sekaligus tokoh penggerak pendidikan keagamaan dari SDN Panaongan III. Dalam paparannya yang mengangkat tema “Menggali Konsepsi Pendidikan dan Pembelajaran dalam Al-Qur’an”, beliau menyampaikan berbagai nilai dan prinsip mendasar dalam pendidikan yang tercermin dalam kitab suci Al-Qur’an.

Menurut beliau, Al-Qur’an tidak hanya menjadi pedoman hidup secara spiritual, tetapi juga menyimpan berbagai prinsip pedagogis yang sangat relevan dengan dunia pendidikan saat ini. Ia mencontohkan ayat-ayat yang menunjukkan pentingnya pengajaran langsung oleh Allah kepada Nabi Adam, metode dialogis para nabi, serta pembentukan karakter melalui keteladanan.

“Dalam Al-Qur’an, pendidikan bukan hanya transfer ilmu, tetapi proses membentuk manusia seutuhnya—akalnya, jiwanya, dan perilakunya. Nilai-nilai itu perlu kita tanamkan dalam pembelajaran sehari-hari, tak hanya di kelas agama, tapi dalam semua mata pelajaran,” terang Bapak Abdul Wasik.

Dialog Interaktif: Guru Sebagai Subjek Pembelajaran

Kegiatan ini dikemas secara menarik melalui diskusi dialogis antara pemateri dan peserta. Tidak hanya mendengarkan, para guru yang hadir diberi ruang luas untuk bertanya, berdiskusi, dan mengaitkan materi dengan konteks pengajaran mereka masing-masing.

Guru-guru dari berbagai sekolah aktif menyampaikan tantangan yang mereka hadapi di lapangan, mulai dari penanaman nilai karakter pada peserta didik hingga kesulitan menyisipkan nilai-nilai Qur’ani dalam pembelajaran tematik. Diskusi berlangsung dinamis dan produktif, mencerminkan semangat belajar dan saling berbagi di antara para pendidik.

Bapak Abdul Wasik menanggapi setiap pertanyaan dengan penuh kesabaran dan kedalaman. Ia mendorong para guru agar terus kreatif dan reflektif dalam mengembangkan metode pembelajaran yang berbasis nilai, dengan tetap mempertimbangkan realitas sosial dan budaya peserta didik.

“Dialog adalah bagian dari metode pendidikan yang Qur’ani. Maka, forum ini adalah praktik nyata pendidikan itu sendiri. Guru bukan hanya penyampai, tapi juga pembelajar seumur hidup,” tambah beliau dalam sesi penutup materi.

Akhir yang Menginspirasi

Rapat KKG di SDN Soddara I ini menjadi bukti bahwa kolaborasi dan semangat belajar antar guru tetap hidup, bahkan di daerah yang jauh dari pusat kota. Lingkungan sekolah yang dikelilingi pegunungan dan hamparan sawah menambah kesan tenang dan khidmat selama kegiatan berlangsung.

Kegiatan ditutup dengan refleksi bersama dan doa, disertai harapan agar ilmu yang diperoleh dapat diterapkan dan memberi dampak nyata dalam praktik mengajar di sekolah masing-masing. Para peserta juga mengusulkan agar kegiatan serupa terus diadakan secara berkala, dengan melibatkan lebih banyak topik yang berlandaskan nilai spiritual dan kontekstual.