Sukseskan Sunnatan Massal Gratis: Sinergi untuk Generasi Sehat dan Tangguh
Sumenep, Sabtu, 21 Juni 2025 menjadi hari yang penuh makna bagi SDN Panaongan III. Suara tawa, candaan, dan juga sedikit ketegangan terdengar bersahut-sahutan sejak pagi hari. Bukan hari biasa—sekolah yang biasanya menjadi tempat belajar membaca, menulis, dan berhitung ini berubah menjadi pusat layanan kesehatan, menyambut pelaksanaan sunnatan massal gratis yang diikuti oleh 20 anak dari Kecamatan Pasongsongan dan Ambunten.
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi hangat antara SDN Panaongan III, Puskesmas Pasongsongan, Pemerintah Desa Panaongan, serta didukung oleh Detikzone.id dan sejumlah media partner lainnya. Selama empat jam (08.00–12.00 WIB), suasana sekolah terasa penuh kepedulian dan kebersamaan.
Kepala Puskesmas Turun Langsung: Tak Hanya Menyuntik, Tapi Mendidik
Di tengah hiruk-pikuk persiapan, sosok berseragam putih berdiri tegas namun ramah. Ia adalah dr. Ariyanis Rasdyahati, Kepala Puskesmas Pasongsongan, yang memimpin langsung jalannya kegiatan medis. Tidak sekadar melakukan tindakan sunat, dr. Ariyanis terlebih dahulu mengumpulkan para orang tua di salah satu ruang kelas untuk memberikan edukasi.
“Kami tidak hanya ingin melakukan tindakan medis, tapi juga membangun pemahaman di masyarakat tentang pentingnya khitan dari sisi kesehatan,” ungkapnya.
“Edukasi sebelum tindakan adalah kunci agar orang tua tidak panik dan tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi kondisi darurat pasca sunat,” lanjutnya serius namun bersahabat.
Dengan paparan sederhana namun padat, beliau menjelaskan hal-hal teknis seperti perawatan luka, tanda-tanda infeksi, hingga bagaimana menenangkan anak pasca tindakan. Suasana penuh perhatian, dan para orang tua tampak sangat terbantu.
Pak Agus dan Blangkon Jawanya: Kepala Sekolah yang Membaur Tanpa Sekat
Tak kalah menonjol adalah kehadiran Agus Sugianto, S.Pd., Kepala SDN Panaongan III, yang khas dengan blangkon Jawanya. Ia menyambut para tamu, memantau jalannya kegiatan, dan yang paling menghangatkan: mendampingi langsung anak-anak yang akan disunat.
“Kegiatan ini bukan hanya tentang sunatan, tapi juga tentang membangun rasa kebersamaan, kepedulian, dan keberanian anak-anak,” tutur Pak Agus sambil tersenyum.
“Kami bangga bisa menjadi tuan rumah untuk kegiatan yang sangat bermanfaat ini, dan kami akan terus membuka ruang kolaborasi seperti ini ke depan,” imbuhnya.
Tak hanya memberi arahan dari jauh, Pak Agus ikut menyemangati anak-anak yang terlihat cemas. Ia menghampiri satu per satu, melontarkan candaan kecil, bahkan menyeka air mata seorang anak yang mulai gemetar saat dipanggil namanya. Suasana berubah: dari tegang menjadi hangat dan penuh dukungan.
Guru dan Staf Sekolah: Garda Belakang yang Siap Siaga
Dalam kegiatan ini, para guru SDN Panaongan III tampil luar biasa. Mereka membantu menata antrean, mengarahkan peserta, menenangkan anak-anak, bahkan mempersiapkan logistik untuk tim medis. Wali kelas berbaur dengan guru olahraga, guru agama bekerja sama dengan staf TU—semua bergerak dalam satu semangat.
Mereka tidak hanya mendidik di ruang kelas, tapi juga hadir sebagai bagian dari sistem sosial sekolah yang kuat dan peduli.
Orang Tua: Merasa Dilibatkan dan Dipahami
Salah satu aspek penting dari kegiatan ini adalah keterlibatan aktif orang tua. Banyak di antara mereka mengaku baru pertama kali mendapatkan penjelasan medis secara rinci tentang proses khitan.
Ibu Ningsih, orang tua dari peserta asal Kecamatan Ambunten, mengungkapkan rasa syukurnya.
“Kami sangat bersyukur dengan adanya sunatan massal gratis ini. Selain membantu dari segi biaya, saya sebagai orang tua jadi lebih paham apa yang harus dilakukan setelah anak disunat,” katanya haru.
“Terima kasih kepada sekolah, puskesmas, dan semua yang terlibat. Anak saya sangat terbantu dan sekarang bisa tersenyum setelah prosesnya selesai.”
Cinderamata Penuh Arti: Sarung Sebagai Simbol Keberanian
Menjelang siang, satu per satu anak selesai disunat. Beberapa menangis, tapi banyak juga yang justru tertawa setelah melewati prosesnya. Sebagai penutup kegiatan, Kepala Sekolah membagikan cinderamata berupa sarung kepada seluruh peserta.
Sarung itu bukan hanya hadiah, tapi simbol bahwa mereka telah melangkah ke jenjang baru kehidupan—lebih dewasa, lebih tangguh, dan tentu saja, lebih sehat.
Penutup: Kegiatan Sosial yang Menyentuh Hati
Kegiatan sunnatan massal gratis di SDN Panaongan III bukan hanya tentang layanan kesehatan. Ini tentang kepedulian, edukasi, dan penguatan peran sekolah sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Melalui kerja sama yang solid antar lembaga, kegiatan ini berjalan tertib, lancar, dan menyentuh hati banyak orang.
Dari tenaga medis yang profesional, guru yang sigap, kepala sekolah yang membaur, hingga orang tua yang dilibatkan—semua berpadu dalam satu harmoni.
Semoga kegiatan seperti ini terus dilakukan, menjadi teladan bagi sekolah-sekolah lain, dan memperkuat semangat "Sekolah untuk Semua"—karena pendidikan sejati bukan hanya soal ilmu, tapi juga tentang menebar manfaat bagi sekitar.




Posting Komentar untuk "Sukseskan Sunnatan Massal Gratis: Sinergi untuk Generasi Sehat dan Tangguh"
Posting Komentar