Sulaiman, Bintang Kecil dari Pesisir Pasongsongan yang Bersinar di Ajang FLS3N Tingkat Kabupaten
Di tengah geliat dunia pendidikan yang semakin kompetitif, muncul satu nama yang menjadi kebanggaan SDN Panaongan III, Kecamatan Pasongsongan. Ia adalah Sulaiman, siswa kelas 5 yang belum lama ini terpilih mewakili kecamatannya dalam ajang Festival dan Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tingkat Kabupaten. Tak banyak yang menyangka bahwa dari sebuah sekolah negeri kecil di pelosok Madura, muncul sosok anak yang menyimpan potensi besar di bidang seni, khususnya seni tarik suara dan Macapat Madura — salah satu bentuk sastra lisan tradisional yang kian jarang ditemukan di kalangan generasi muda.
Sulaiman dikenal sebagai pribadi sederhana dan pendiam di kelas. Dalam urusan akademik, nilainya memang tak selalu mencolok. Namun, siapa sangka, di balik sikapnya yang kalem, tersimpan suara emas yang mampu membawakan syair-syair Macapat dengan penuh penghayatan dan jiwa. Ia belajar secara otodidak dari lingkungan, dari keluarga, serta dari para sesepuh desa yang masih melestarikan budaya lokal. Ketekunannya dalam mendalami seni ini tidak hanya menunjukkan kecintaan terhadap budaya daerah, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap arus modernisasi yang perlahan menggerus tradisi.
Kepala SDN Panaongan III, Bapak Agus Sugianto, S.Pd, menjadi salah satu sosok yang sangat berperan dalam perjalanan Sulaiman. Sejak awal, beliau telah melihat potensi besar dalam diri Sulaiman. Tidak hanya memberi ruang bagi Sulaiman untuk tampil, tetapi juga aktif membimbing, mengarahkan, dan bahkan turut serta mengantarkan langsung ketika ada kompetisi di tingkat Kabupaten. “Bakat setiap anak itu berbeda, dan tugas kita sebagai pendidik adalah menemukan dan menumbuhkannya,” ujar beliau saat ditemui di sela-sela persiapan lomba.
FLS3N menjadi panggung penting bagi Sulaiman, bukan sekadar sebagai ajang lomba, tetapi sebagai titik tolak bahwa seni dan sastra juga mampu menjadi jembatan bagi anak-anak daerah untuk tampil di tingkat yang lebih tinggi. Melalui Macapat, Sulaiman tidak hanya melantunkan tembang, tetapi juga menyampaikan nilai-nilai moral, filosofi hidup, dan kearifan lokal Madura kepada generasi yang lebih luas.
Kisah Sulaiman adalah potret nyata bahwa pendidikan bukan hanya soal angka dan nilai rapor, melainkan juga tentang bagaimana sekolah menjadi tempat tumbuhnya potensi anak dalam segala bidang. Dunia pendidikan hari ini menuntut keterbukaan dan kepekaan guru untuk tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter, bakat, dan minat siswa. Dalam diri Sulaiman, kita melihat bahwa ketika seorang anak dibimbing sesuai potensinya, maka ia bisa melampaui ekspektasi.
Bagi SDN Panaongan III dan Kecamatan Pasongsongan, keikutsertaan Sulaiman dalam FLS3N adalah kebanggaan tersendiri. Bagi masyarakat sekitar, ini adalah pengingat bahwa talenta besar bisa lahir dari desa-desa terpencil sekalipun, selama diberikan kesempatan. Dan bagi Sulaiman sendiri, ini adalah awal dari perjalanan panjang — semoga suatu hari ia tak hanya dikenal di tingkat kabupaten, tapi juga bisa menjadi duta budaya Madura di tingkat nasional.
Semoga kisah ini menginspirasi guru-guru lain untuk lebih jeli melihat potensi siswanya, serta menjadi pemantik semangat bagi anak-anak lain di pelosok negeri untuk berani bermimpi dan berkarya.

Posting Komentar untuk "Sulaiman, Bintang Kecil dari Pesisir Pasongsongan yang Bersinar di Ajang FLS3N Tingkat Kabupaten"
Posting Komentar