Sulaiman, Suara Emas dari Panaongan yang Menggema Hingga Panggung Nasional
Di sebuah desa kecil yang tenang di ujung timur Pulau Madura, tepatnya di Desa Panaongan, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, lahirlah kisah inspiratif dari seorang anak yang sederhana namun memiliki potensi luar biasa. Namanya Sulaiman, siswa kelas V di SDN Panaongan III, yang kini dikenal banyak orang sebagai "Anak Suara Emas" dari pelosok desa.
Sulaiman bukanlah siswa yang menonjol dalam bidang akademik. Dalam keseharian di kelas, ia kerap kesulitan mengikuti pelajaran seperti matematika atau IPA. Namun siapa sangka, di balik semua itu, Sulaiman menyimpan bakat langka yang jarang dimiliki anak seusianya: kemampuan membawakan tembang macapat dengan suara yang merdu, syahdu, dan penuh penghayatan.
Bakat itu tidak hadir begitu saja. Sejak kecil, Sulaiman sudah akrab dengan suara-suara tradisi dari lingkungan sekitarnya. Ia sering mendengar orang-orang tua melantunkan tembang dalam hajatan, pengajian, maupun acara budaya. Dari situlah benih kecintaannya pada budaya tumbuh, dan perlahan suara emasnya pun mulai dikenal.
Prestasi terbesarnya sejauh ini adalah saat ia tampil membawakan tembang macapat di LPP RRI Sumenep, menyuarakan bait-bait sastra Jawa kuno dengan penuh makna. Penampilannya yang penuh penghayatan berhasil memukau para pendengar, membuktikan bahwa anak desa pun bisa menembus ruang-ruang formal yang biasanya hanya diisi oleh seniman-seniman profesional. Tak berhenti di sana, Sulaiman kemudian ditunjuk sebagai perwakilan resmi Kecamatan Pasongsongan dalam ajang bergengsi FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) tahun 2025, sebuah panggung bakat nasional yang mempertemukan siswa-siswa berbakat dari seluruh penjuru negeri.
Di balik kesuksesan Sulaiman, ada sosok kepala sekolah yang tak bisa dipisahkan dari cerita ini—Bapak Agus Sugianto, S.Pd., seorang pendidik yang dikenal luas karena karakternya yang ikonik. Penampilannya yang khas dengan blangkon Jawa selalu mencuri perhatian di setiap kegiatan sekolah. Namun, bukan hanya blangkon yang membuat beliau menonjol, melainkan kecintaannya yang tulus terhadap budaya leluhur dan dedikasinya dalam menggali potensi anak-anak didiknya.
Bapak Agus percaya bahwa pendidikan bukan sekadar soal nilai rapor, tetapi soal bagaimana menemukan dan menumbuhkan karakter serta potensi unik tiap anak. "Tidak semua anak unggul dalam pelajaran, tapi setiap anak punya jalan untuk menjadi luar biasa. Kita, para pendidik, adalah jembatan mereka," tuturnya dengan semangat saat ditemui di ruang kerjanya yang dipenuhi ornamen-ornamen budaya Jawa.
Salah satu tokoh penting lainnya dalam perjalanan Sulaiman adalah Bapak Salehodin HR, S.Pd., pembina ekstrakurikuler Seni Macapat di SDN Panaongan III. Beliau adalah sosok yang pertama kali melihat potensi besar dalam diri Sulaiman. Dengan kesabaran dan ketekunan, Bapak Salehodin melatih Sulaiman secara intensif, tidak hanya dari sisi teknik vokal, tetapi juga dalam hal pemahaman makna dan jiwa dari setiap tembang yang dibawakan.
"Macapat bukan hanya soal nada dan irama, tapi tentang memahami nilai-nilai kehidupan, tentang menghargai warisan nenek moyang. Dan Sulaiman punya itu," kata Bapak Salehodin dengan bangga. Latihan demi latihan dilalui dengan penuh semangat, meski terkadang dilakukan di sela-sela jam pulang sekolah, bahkan hingga sore hari.
Kini, nama Sulaiman telah menjadi simbol harapan dan semangat bagi teman-temannya di sekolah. Ia menunjukkan bahwa keberhasilan tidak melulu lahir dari kecerdasan akademik. Bahwa seorang anak dari desa kecil, dengan keterbatasan fasilitas dan latar belakang sederhana, bisa berdiri di panggung besar nasional dan membawa harum nama sekolah serta daerahnya.
Lebih dari itu, kisah Sulaiman juga menjadi cermin betapa pentingnya peran sekolah dan para guru dalam melihat potensi yang mungkin tersembunyi di balik rapor yang biasa-biasa saja. SDN Panaongan III, di bawah kepemimpinan Bapak Agus Sugianto yang penuh semangat budaya, dan didukung oleh guru-guru berdedikasi seperti Bapak Salehodin, telah menjadi tempat tumbuhnya generasi penerus yang tidak hanya pintar, tapi juga mencintai akar budayanya.
Sulaiman adalah bukti nyata bahwa suara dari pelosok, jika dibina dan diberi ruang untuk berkembang, bisa menggema ke seluruh penjuru negeri.

Posting Komentar untuk "Sulaiman, Suara Emas dari Panaongan yang Menggema Hingga Panggung Nasional"
Posting Komentar