Vivi Sang Bintang Kecil dari SDN Panaongan III”
Ketika Perkalian Dasar Menjadi Panggung Prestasi Seorang
Siswi Kelas 1
Sumenep, Senin 17 Juni 2025 _ Malam lepas kenang siswa kelas 6 SDN Panaongan III yang
biasa berlangsung dengan nuansa haru dan menyentuh, tahun ini terasa berbeda.
Di tengah alunan lagu perpisahan dan kilau lampu panggung sederhana, muncullah
satu nama yang mendadak menjadi pusat perhatian dan sorotan malam itu: Vivi,
siswi kelas 1 yang mungil dan polos, namun memiliki kemampuan luar biasa dalam
hitung cepat, khususnya dalam perkalian dasar 1 sampai 10.
Siapa sangka, di usia yang baru menginjak tujuh tahun, Vivi
mampu menyita perhatian para guru, wali murid, hingga pengawas pendidikan yang
hadir malam itu? Keahliannya bukan sekadar bisa menjawab soal perkalian, tapi
kecepatannya dalam menanggapi setiap pertanyaan membuat siapa pun yang
mendengarnya terdiam kagum, bahkan sebagian orang tua murid tampak saling
berbisik, “Anak ini bukan anak biasa.”
Penampilan Vivi malam itu dipandu oleh tiga sosok penting
yang telah mengenal dan turut membentuk kemampuannya.
Yang pertama adalah Ustad Namsura, guru ngaji yang dikenal
luas di Dusun Panaongan. Beliau mengawali sesi dengan memberi soal secara
spontan. “Vivi, 1 kali 1?” tanyanya lantang. Tanpa menunggu lebih dari dua
detik, Vivi menjawab dengan lantang, “1!” Gemuruh tepuk tangan langsung
terdengar. Dilanjutkan lagi, “1 kali 0?” – “0!” jawab Vivi tegas. Kemampuannya
menjawab seolah telah menyatu dalam pikirannya, seperti hafalan yang bukan
sekadar dihafal, tapi dipahami.
“0 kali 8?” – “0!”
“4 kali 4?” – “16!”
“4 kali 7?” – “28!”
“4 kali 5?” – “20!”
“3 kali 5?” – “15!”,
“ Ya,terimakasih!” Ustad Namsurah mengakhiri pertanyaannya.
Sesi kemudian berlanjut kepada pembimbing utama Vivi, Bapak
Abu Siri, S.Ag., seorang guru agama sekaligus mentor yang penuh kesabaran.
Beliau sudah lama mengamati bakat Vivi, bahkan sering mengajak latihan usai jam
sekolah di bawah rindangnya pohon Cemara udang di halaman sekolah. Malam itu, beliau
memberikan tantangan dengan tempo lebih cepat, soal demi soal datang tanpa
jeda. Vivi tetap tenang, tak sekalipun ia kehilangan hitungan atau ragu dalam
menjawab.
Namun, yang paling menantang adalah sesi dari Pengawas Bina
Kecamatan, Bapak Abu Supyan, M.Pd. Dengan kertas kecil di tangannya, beliau
menatap Vivi dengan senyum, lalu mulai menguji dengan lima soal acak:
“8 kali 8?” – “64!”
“8 kali 5?” – “40!”
“3 kali 9?” – “27!”
“4 kali 7?” – “228!”
“9 kali 2?” – “18!”
Semuanya dijawab dengan nada yakin dan presisi yang
sempurna. Hadirin kembali bertepuk tangan, kali ini lebih panjang dan diselingi
decak kagum. Seorang siswi kelas 1 bisa tampil di depan umum dan menjawab soal
matematika secepat itu? Tak banyak yang menyangka malam itu akan menjadi saksi
lahirnya seorang "bintang kecil".
Namun, di balik ketenaran Vivi, ada satu sosok yang perannya
tak tergantikan: Kepala Sekolah SDN Panaongan III, Bapak Agus Sugianto, S.Pd.
Ia adalah figur yang unik dan kharismatik, dikenal dengan gaya khasnya yang
selalu memakai blangkon Jawa—sebuah identitas budaya yang tak pernah ia
tinggalkan, bahkan saat memimpin rapat resmi maupun menyambut siswa di gerbang
sekolah.
Pak Agus, begitu ia akrab disapa, adalah kepala sekolah yang
punya pandangan tajam terhadap potensi siswa. Beliaulah yang pertama kali
mengenali kemampuan Vivi ketika tanpa sengaja ia melemparkan soal perkalian di
pagi hari, sebagai kebiasaannya menyapa siswa. “Tiga kali tujuh, dek?” tanyanya
saat itu. Tanpa pikir panjang, Vivi menjawab, “21, Pak!” Sejak saat itulah, Pak
Agus mulai rutin memberi tantangan-tantangan kecil setiap pagi, sambil
tersenyum di balik blangkon hitam bermotif parang rusak yang selalu ia kenakan.
“Anak seperti Vivi ini ibarat berlian di tengah pasir,” ujar
Pak Agus dalam sambutan malam itu. “Kecil, mungil, kadang tak terlihat... tapi
kalau kita mau membungkuk, menyapu pelan-pelan, kita bisa menemukannya
bersinar. Tugas kita sebagai guru bukan hanya mengajar, tapi juga menemukan dan
menghidupkan cahaya dalam diri anak-anak kita.”
Pidato itu membuat suasana semakin hangat. Sebagian orang
tua tampak meneteskan air mata, bukan karena sedih, melainkan haru dan bangga.
Vivi bukan sekadar menampilkan kecerdasan, tapi juga menjadi simbol bahwa
pendidikan dasar bisa menjadi tempat tumbuhnya potensi luar biasa jika ditanam
dengan kasih, bimbingan, dan perhatian.
Kini, nama Vivi menjadi buah bibir di kalangan guru dan
orang tua. Beberapa sekolah di sekitar bahkan mulai tertarik mengundang Vivi
untuk tampil dalam kegiatan edukatif. Namun, bagi Vivi, semua itu belum berarti
apa-apa. Ia tetap anak kelas 1 yang suka bermain, suka menggambar bunga di
bukunya, dan tetap datang ke sekolah setiap pagi, menyapa Pak Agus dengan
senyum kecil sambil menunggu soal-soal perkalian baru.
Malam lepas kenang itu, Vivi tidak hanya tampil sebagai
siswa berprestasi. Ia menginspirasi. Ia membuka mata semua orang bahwa dari
sekolah kecil di pelosok seperti SDN Panaongan III, dari seorang anak kelas 1
yang mungkin belum bisa menyusun paragraf panjang, bisa lahir seorang jenius
kecil yang menyampaikan pesannya melalui angka, kecepatan, dan keyakinan.
Dan semuanya dimulai... dari soal perkalian sederhana.

Posting Komentar untuk "Vivi Sang Bintang Kecil dari SDN Panaongan III”"
Posting Komentar