Sulaiman, Bocah Suara Emas dari SDN Panaongan III yang Harumkan Nama Sumenep



Juara 1 FTBI Sumenep 2025, Siap Wakili ke Tingkat Provinsi Jawa Timur!

Suara tembang lembut dengan cengkok Madura yang khas terdengar menggema di panggung Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Kabupaten Sumenep 2025. Dari balik panggung, tampak sosok bocah dengan blangkon kecil di kepalanya, berdiri tenang dan penuh percaya diri.
Dialah Sulaiman, siswa kebanggaan SDN Panaongan III Pasongsongan, yang berhasil menyabet Juara Pertama FTBI kategori Menembang atau Macapat tingkat Kabupaten Sumenep.

Dengan prestasi tersebut, Sulaiman kini berhak mewakili Kabupaten Sumenep ke tingkat Provinsi Jawa Timur. Sebuah kebanggaan luar biasa, tidak hanya bagi sekolah dan keluarga, tetapi juga bagi masyarakat Pasongsongan yang ikut menyaksikan kiprah anak daerahnya melestarikan budaya Madura di panggung bergengsi.

MALESMAMA: Rahasia di Balik Prestasi

Kepala SDN Panaongan III, Bapak Agus Sugianto, sosok kepala sekolah yang dikenal ramah dan selalu tampil dengan blangkonnya yang ikonik, mengaku tidak heran dengan prestasi muridnya tersebut.

“Saya tidak kaget dengan hasil ini. Setiap Sabtu, Sulaiman dan teman-teman lainnya digembleng lewat program ko-kurikuler MALESMAMA, singkatan dari Mari Lestarikan Macapat Madura,” tutur Agus Sugianto saat ditemui di sela kegiatan sekolah.

Program MALESMAMA sendiri menjadi kegiatan khas SDN Panaongan III yang bertujuan untuk melestarikan seni dan budaya lokal, khususnya Macapat Madura. Dalam kegiatan tersebut, siswa tidak hanya belajar menembang, tetapi juga memahami makna filosofis dari setiap tembang yang mereka lantunkan.

“Program ini diasuh langsung oleh Bapak Salehodin HR, seorang tokoh dan ahli Macapat yang sudah lama berkecimpung di dunia seni tradisional Madura,” lanjut Agus Sugianto.

Menurutnya, keberhasilan Sulaiman adalah hasil dari kombinasi antara disiplin latihan, bakat alami, dan semangat belajar yang tinggi.

Vokal Khas dan Jam Terbang Tinggi

Sulaiman memang bukan anak sembarangan di bidang seni suara. Ia dikenal memiliki jam terbang tinggi karena sering mengikuti berbagai lomba, mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional.

Bahkan, Sulaiman pernah tampil dalam ajang FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) dan juga dipercaya untuk mengisi acara “IDOLA” di LPP RRI Sumenep, yang menjadi salah satu kebanggaan bagi siswa SDN Panaongan III.

Menurut Bapak Salehodin HR, pembimbing tunggal sekaligus mentor utama Sulaiman, keunikan suara anak didiknya inilah yang membuatnya menonjol dibanding peserta lain.

“Vokal Sulaiman unik sekali. Di nada rendah ia kuat, di nada tinggi juga stabil. Hampir sempurna. Ia juga punya cengkok khas Madura yang enak didengar dan bisa berimprovisasi secara alami,” ungkap Salehodin bangga.

Apresiasi dari Pengawas Pendidikan

Prestasi ini juga mendapat apresiasi dari Bapak Abu Supyan, M.Pd, pengawas bina SD Kecamatan Pasongsongan.

“Selamat untuk Sulaiman dan SDN Panaongan III. Ini bukti bahwa pelestarian budaya Madura bisa berjalan seiring dengan prestasi pendidikan. Semoga terus berlatih dan bisa melaju sampai tingkat nasional,” pesan beliau.

Tradisi Juara SDN Panaongan III

Keberhasilan Sulaiman bukanlah yang pertama bagi SDN Panaongan III. Sekolah ini memang dikenal sebagai sekolah berprestasi dan penggerak pelestarian bahasa serta budaya Madura.
Dalam ajang FTBI beberapa tahun terakhir, SDN Panaongan III selalu berhasil menorehkan prestasi membanggakan:

  • Tahun 2023 – Juara 3 Kategori Cerpen Bahasa Madura

  • Tahun 2024 – Juara 2 Kategori Cerpen Bahasa Madura & Juara 3 Menembang

  • Tahun 2025 – Juara 1 Kategori Menembang/Macapat (Sulaiman) dan berhak mewakili ke tingkat Provinsi Jawa Timur

Catatan tersebut menunjukkan konsistensi SDN Panaongan III dalam membina siswanya di bidang sastra dan seni lokal.

Menumbuhkan Cinta Budaya di Era Digital

Di tengah derasnya arus teknologi dan budaya modern, SDN Panaongan III membuktikan bahwa pendidikan berbasis budaya lokal tetap relevan dan penting. Melalui program MALESMAMA, sekolah ini menanamkan nilai-nilai luhur bahasa, sastra, dan moral Madura sejak dini.

“Anak-anak zaman sekarang perlu tahu dari mana akar budaya mereka. Lewat Macapat, mereka belajar bukan hanya bernyanyi, tapi juga menghargai kearifan lokal,” tutur Agus Sugianto.

Prestasi Sulaiman menjadi bukti nyata bahwa melestarikan budaya tidak membuat kita tertinggal, justru membuat kita berprestasi dan berkarakter.

Penutup: Dari Nada, Lahir Cinta Budaya

Kini, Sulaiman tengah bersiap mewakili Sumenep ke tingkat provinsi. Dengan bimbingan guru, dukungan keluarga, serta semangat teman-teman sekolah, harapan besar disematkan agar ia mampu melangkah hingga tingkat nasional.

Suara emasnya bukan sekadar melantunkan tembang, tetapi juga menyampaikan pesan: bahwa anak muda Madura bisa maju tanpa melupakan akar budayanya.

Selamat dan sukses untuk Sulaiman!
Semoga prestasimu menjadi inspirasi bagi teman-teman SDN Panaongan III untuk terus berkarya, berprestasi, dan mencintai budaya daerah sendiri.

“Dari Panaongan, suara emas Sulaiman kini menggema hingga ke Jawa Timur. Dari tradisi, lahir prestasi.”



Posting Komentar untuk "Sulaiman, Bocah Suara Emas dari SDN Panaongan III yang Harumkan Nama Sumenep"